Foto: Kamilus T. Jumad |
Di
tengah merosotnya pendapatan petani akibat anjloknya harga kopra, petani Desa
Tuwagoetobi kini mulai melirik tanaman mente. Tahun ini, hasil produksi tanaman
mente cukup menjanjikan. Tampak di lapangan, masyarakat desa telah memanen
mente, antara lain di perkebunan mente Bayolewun.
Harga
mente saat ini ada di kisaran Rp 18.000 per kilogram. Meski harga ini belum
melampaui harga tahun lalu yang mencapai Rp 25.000-30.000, petani mengaku cukup puas. Harga
komoditi ini fluktuatif tergantung kualitas dan permintaan kacang mente di
tingkat konsumen. Di tingkat petani, perdagangan mente tidak bisa dikatakan monopoli
karena petani bebas menjual kepada agen atau tengkulak mana saja sesuai harga
yang diinginkan. Tetapi pembeli dalam jumlah besar masih terbatas pada beberapa
perusahan sehingga terkesan monopoli.
Data
Flotim dalam Angka tahun 2016 menyebut hasil mente di Flores Timur didominasi
oleh Adonara Timur 5 ribu ton menyusul Witihama 4 ribu ton dan Adonara Barat 3
ribu ton. Total untuk Flores Timur mencapai produksi 27,67 ribu ton.
Tetapi
data ini masih cukup meragukan sebab jika dibagi rata dengan jumlah penduduk,
maka masih-masing penduduk Flores Timur menghasilkan 111 kilogram mente per tahun. Angka
ini tampaknya dua kali lipat lebih besar dari yang seharusnya. Karena jika
dilihat dari luas perkebunan mente, maka 15700 hektar perkebunan mente di
Flotim seharusnya berproduksi di kisaran 15,7 ribu ton. Adapun data produksi mente
rata-rata nasional adalah 1 ton per hektar.
Apabila
diambil jumlah produksi 15,7 ribu ton, maka pendapatan bruto petani Flotim ada
di kisaran 283 milyar. Jika dibagi
jumlah penduduk, setiap penduduk memperoleh pendapatan per kapita 1,1 juta per
tahun atau 95 ribu per bulan.
Dengan
aliran uang mencapai ratusan milyar ini, penyerapan mente dengan mengandalkan
investor lokal atau BUMDes tanpa kerjasama dengan swasta atau bank dianggap
mustahil. Karena itu, di Flores timur, serapan hasil perkebunan mente dilakukan
oleh perusahan swasta dengan investor asal India. (Teks: Kamilus T. Jumad,
Simpet)