Memasuki awal musim penghujan, sejumlah
petani desa Tuwagoetobi mulai melakukan kegiatan penanaman jagung di lahan
lahan yang sudah dipersiapkan. Salah satu lokasi yang dijadikan lahan jagung
untuk periode tanam pertama (PT 1) ini adalah lahan Bayolewun. Didampingi oleh
tenaga penyuluh, kegiatan ini dilakukan oleh sejumlah tenaga kerja penanam
maupun penugal.
Benih jagung yang digunakan di lahan ini
adalah hibrida pioneer 35 (P35) dan kumala F1. Informasi dari PT. DuPont
Pioneer sebagai produsen jagung seri pioneer menyebutkan bahwa P35 tahan
terhadap bulai. Warna bijinya merah cerah dengan kadar air rendah. Potensi
hasil bisa mencapai ±12.1 ton/ha pipilan kering giling.
Sementara bibit jagung pulut manis
hibrida Kumala F1 diproduksi PT East West Seed Indonesia. Bibit ini sudah
mengantongi SK Kementan 596/Kpts/SR.120/11/2007 dengan rekomendasi tanam di
dataran rendah. Jagung dengan warna biji putih ini memiliki umur panen 63 - 65
hari setelah tanam. Dengan bobot per buah 250 - 300 gram jagung jenis ini mempunyai
potensi hasil melebihi benih pioneer 35 yakni 12 - 15 ton/ha. Adapun potensi
hasil tergantung dari kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman.
Informas dari penyuluh pertanian
menyebutkan, untuk mengurangi penguapan apabila datang cuaca kering, petani
dapat memanfaatkan rumput kering sebagai mulsa untuk menutup tanah di bagian
batang tanaman jagung. Tanaman akan ditutup rumput mencegah penguapan
pada musim mendatang bila terjadi musim panas.
Penanaman ini menggunakan sistim double
row dengan satu butir jagung per lubang. Jarak antar baris tanaman 120 cm dan
jarak tanaman dalam satu baris sebesar 12 cm. Penyuluh selanjutnya mengatakan
bahwa dalam penanaman harus sesuai dengan arah matahari sehingga penyinaran
matahari dari arah timur ke barat saat pagi dan siang mencukupi bagi
tanaman. Tanaman jagung, ulasnya, selain membutuhkan hujan, juga
membutuhkan sinar matahari. (Teks: Kamilus Tupen, Edit: Simpet)